Buku
“Anak – Anak Revolusi, jilid 2” merupakan
kelanjutan dari buku jilid 1 yang berisi ulasan mengenai perjalanan hidup
Budiman Sudjatmiko setelah divonis 13 tahun penjara menjadi tahanan politik
Orde Baru. Penulis menceritakan perjuangan hidupnya pada era Reformasi hingga
masuk ke dunia politik. Budiman Sudjatmiko juga kembali menjelaskan bahwa
dirinya tidak bersalah atas kerusuhan Juli 1996. Buku ini juga menjadi ajang
kampanye terhadap Budiman Sudjatmiko dan partainya karena bertepatan dengan Pemilu
2014. Selain itu yang menarik dari buku ini adalah kisah hubungannya yang
romantis dan dramatis dengan Catherine.
Buku
ini terdiri dari VII bagian dengan 28 bab, pada tiap Bagian selalu
meruntut kehidupan penulis selama di
penjara menjadi tahanan politik yang
tertuang dalam “Mematahkan Cakar – Cakar Kekuasaan”. Pada Bagian I buku ini bercerita mengenai kehidupan Budiman
Sudjatmiko pasca lengsernya Soeharto. Penulis mengatakan tidak memiliki dendam
pada Soeharto namun beralasan bahwa Soeharto lah yang mengakibatkan aparatur
negara menjadi ‘kebablasan’ sehingga perlu adanya gerakan revolusi. Pada
kesempatan lain, penulis mengisahkan salah satu petinggi militer sekaligus Calon Presiden Indonesia 2014,
Prabowo Subianto dengan menceritakan kekejaman Tim Mawar Kopassus. Selain itu
dikisahkan juga mengenai sejumlah perjuangan revolusi di Amerika Latin oleh
kelompok sosialisme dan anti neoliberalisme.
Pada
bagian II pembaca dibuai dengan kisah mengharukan ketika penulis harus
mengakhiri hubungan cinta dengan kekasihnya, Catherine. Kisah duri bunga mawar
Budiman Sudjatmiko sangat menyentuh, “ketika jari mu terkena duri mawar merah sontak
kamu melepasnya, namun kemudian kamu menyesal karena telah membuang bunga yang
sangat cantik tersebut” begitu lah yang saya ungkapkan pada kisah ini. Kemudian penulis berusaha menguatkan diri
dengan menyibukkan dalam berbagai aktivitas perkuliahan di London, Inggris. Kisah
tersebut sangat menarik dan membawa pembaca agar terbuai kisah cinta Budiman
Sudjatmiko.
Intisari
‘Mematahkan Cakar – Cakar Kekuasaan’ dimulai dari bagian III yang sebelumnya
hanya menjelaskan kehidupan asmara penulis. Meski didalam penjara, petinggi –
petinggi PRD, salah satunya Budiman Sudjatmiko, menggerakkan organisasinya
secara sistematis dan terstuktur. Pucuk kepemimpinan diserahkan kepada beberapa
aktivis PRD yang berada di luar penjara. Segala komando hilir – mudik melalui
kurir yang inti pesan nya adalah segera turunkan Presiden Soeharto. Pada bab
selanjutnya menjelaskan mengenai percakapan antara penulis dengan Megawati
Soekarno Putri. Penulis yang memilih bergabung dengan Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDI P) mendapat mandat untuk merekrut pemuda Indonesia
untuk bergabung bersama PDI P. Secara tersirat, percakapan yang dinarasikan
tersebut merupakan penggiringan penulis terhadap pembaca supaya tertarik dan
mendukung partai tersebut.
Setelah
pembaca memahami alur cerita, pada bagian IV penulis kembali mengarahkan
pembaca untuk mendukung Budiman Sudjatmiko beserta partainya dalam pemilu 2014.
Penulis menjelaskan secara detail langkah – langkahnya untuk menyukseskan
kampanye seperti sosialisasi UU Desa yang dinilai dapat menyejahterakan
masyarakat pedesaan. Selain itu, penulis juga menunjukkan gigihnya simpatisan dalam
memenangkan Budiman Sudjatmiko di Pileg 2009. Hal tersebut kembali diperkuat
pada bagian V dengan dikisahkan adanya dukungan sejumlah pihak terhadap RUU
Desa yang digagas Budiman Sudjatmiko. Secara tidak langsung pembaca ikut
tertarik dan simpati kepada penulis dan partainya. Ini sih opini saya.
Bagian
V, penulis menjelaskan kekejaman Orde Baru terhadap tahanan politiknya. Tiap
tahanan mendapatkan kekerasan fisik sehingga banyak yang menderita tekanan
psikologis. Dikisahkan juga tahanan politik eks gerakan 30 S PKI yang telah
menjalani hukuman penjara puluhan tahun namun tetap mendapatkan eksekusi mati. Sementara
itu tahanan politik Gerakan Islam di Lampung melakukan pembenaran bahwa mereka
tidak terlibat dalam kerusuhan waktu itu. Kisah – kisah tersebut mengakibatkan
pembaca larut dalam kesedihan dan menimbulkan kejengahan terhadap Orde Baru.
Pada
bagian VI dan VII menceritakan pengalaman – pengalaman penulis semasa menjabat
anggota DPR. RUU Desa diklaim hasil dari Budiman Sudjatmiko saat menjabat
sehingga harus direalisasikan. Pada kesempatannya, penulis mengunjungi konflik
lahan di Mesuji, Lampung. Konflik lahan tersebut mengakibatkan banyak petani
yang tewas akibat serangan pihak keamanan perusahaan. Sedangkan alotnya proses
pengesahan RUU Desa disesalkan penulis karena dapat mengurangi elektabilitasnya
di masyarakat.
Satu
kisah lagi yang terlewatkan, pada saat di penjara, Budiman berinteraksi dengan
Tapol eks PKI, Kolonel Arief. Inti dari percakapan tersebut adalah “biarlah
kami yang meneruskan perjuangan bapak, bapak cukup istirahat dan melihat
perjuangan kami”
Buku
|
:
|
Anak – Anak Revolusi Jilid
2
|
Penulis
|
:
|
Budiman Sudjatmiko
|
Penerbit
|
:
|
PT.
Gramedia Pustaka Utama, Gedung Kompas Gramedia Blok I Lt. 5, Jl. Palmerah Barat No. 29-37, Jakarta, 10270.
|
Cetakan Pertama
|
:
|
Tahun
2014
|
makasih referensinya
BalasHapussangat bagus artikelnya
BalasHapussangat menarik informasinya
BalasHapusmakasih mbak referesninya
BalasHapusmakasih ya
BalasHapusasik buat dibaca
BalasHapusbermanfaat informasinya
BalasHapussalam semangat dan salam sehat
BalasHapusmakasih ya
BalasHapusKira kira kalau saya langsung membaca buku jilid 2 apakah saya bisa paham mbak? Krn saya tdk menemukan buku 1 mbak :( lebih bagus 1 atau 2?
BalasHapusKemungkinan bingung, karena Jilid 2 kelanjutan Jilid 1. Coba aja baca dulu.
Hapus