Selasa, 23 September 2014

Resensi Buku Anak - Anak Revolusi jilid 2


Buku “Anak – Anak Revolusi, jilid 2” merupakan kelanjutan dari buku jilid 1 yang berisi ulasan mengenai perjalanan hidup Budiman Sudjatmiko setelah divonis 13 tahun penjara menjadi tahanan politik Orde Baru. Penulis menceritakan perjuangan hidupnya pada era Reformasi hingga masuk ke dunia politik. Budiman Sudjatmiko juga kembali menjelaskan bahwa dirinya tidak bersalah atas kerusuhan Juli 1996. Buku ini juga menjadi ajang kampanye terhadap Budiman Sudjatmiko dan partainya karena bertepatan dengan Pemilu 2014. Selain itu yang menarik dari buku ini adalah kisah hubungannya yang romantis dan dramatis dengan Catherine.
Buku ini terdiri dari VII bagian dengan 28 bab, pada tiap Bagian selalu meruntut kehidupan penulis selama di penjara menjadi tahanan politik yang tertuang dalam “Mematahkan Cakar – Cakar Kekuasaan”. Pada Bagian I buku ini bercerita mengenai kehidupan Budiman Sudjatmiko pasca lengsernya Soeharto. Penulis mengatakan tidak memiliki dendam pada Soeharto namun beralasan bahwa Soeharto lah yang mengakibatkan aparatur negara menjadi ‘kebablasan’ sehingga perlu adanya gerakan revolusi. Pada kesempatan lain, penulis mengisahkan salah satu petinggi  militer sekaligus Calon Presiden Indonesia 2014, Prabowo Subianto dengan menceritakan kekejaman Tim Mawar Kopassus. Selain itu dikisahkan juga mengenai sejumlah perjuangan revolusi di Amerika Latin oleh kelompok sosialisme dan anti neoliberalisme.

Pada bagian II pembaca dibuai dengan kisah mengharukan ketika penulis harus mengakhiri hubungan cinta dengan kekasihnya, Catherine. Kisah duri bunga mawar Budiman Sudjatmiko sangat menyentuh, “ketika jari mu terkena duri mawar merah sontak kamu melepasnya, namun kemudian kamu menyesal karena telah membuang bunga yang sangat cantik tersebut” begitu lah yang saya ungkapkan pada kisah ini.  Kemudian penulis berusaha menguatkan diri dengan menyibukkan dalam berbagai aktivitas perkuliahan di London, Inggris. Kisah tersebut sangat menarik dan membawa pembaca agar terbuai kisah cinta Budiman Sudjatmiko.

Intisari ‘Mematahkan Cakar – Cakar Kekuasaan’ dimulai dari bagian III yang sebelumnya hanya menjelaskan kehidupan asmara penulis. Meski didalam penjara, petinggi – petinggi PRD, salah satunya Budiman Sudjatmiko, menggerakkan organisasinya secara sistematis dan terstuktur. Pucuk kepemimpinan diserahkan kepada beberapa aktivis PRD yang berada di luar penjara. Segala komando hilir – mudik melalui kurir yang inti pesan nya adalah segera turunkan Presiden Soeharto. Pada bab selanjutnya menjelaskan mengenai percakapan antara penulis dengan Megawati Soekarno Putri. Penulis yang memilih bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) mendapat mandat untuk merekrut pemuda Indonesia untuk bergabung bersama PDI P. Secara tersirat, percakapan yang dinarasikan tersebut merupakan penggiringan penulis terhadap pembaca supaya tertarik dan mendukung partai tersebut.

Setelah pembaca memahami alur cerita, pada bagian IV penulis kembali mengarahkan pembaca untuk mendukung Budiman Sudjatmiko beserta partainya dalam pemilu 2014. Penulis menjelaskan secara detail langkah – langkahnya untuk menyukseskan kampanye seperti sosialisasi UU Desa yang dinilai dapat menyejahterakan masyarakat pedesaan. Selain itu, penulis juga menunjukkan gigihnya simpatisan dalam memenangkan Budiman Sudjatmiko di Pileg 2009. Hal tersebut kembali diperkuat pada bagian V dengan dikisahkan adanya dukungan sejumlah pihak terhadap RUU Desa yang digagas Budiman Sudjatmiko. Secara tidak langsung pembaca ikut tertarik dan simpati kepada penulis dan partainya. Ini sih opini saya.

Bagian V, penulis menjelaskan kekejaman Orde Baru terhadap tahanan politiknya. Tiap tahanan mendapatkan kekerasan fisik sehingga banyak yang menderita tekanan psikologis. Dikisahkan juga tahanan politik eks gerakan 30 S PKI yang telah menjalani hukuman penjara puluhan tahun namun tetap mendapatkan eksekusi mati. Sementara itu tahanan politik Gerakan Islam di Lampung melakukan pembenaran bahwa mereka tidak terlibat dalam kerusuhan waktu itu. Kisah – kisah tersebut mengakibatkan pembaca larut dalam kesedihan dan menimbulkan kejengahan terhadap Orde Baru.

Pada bagian VI dan VII menceritakan pengalaman – pengalaman penulis semasa menjabat anggota DPR. RUU Desa diklaim hasil dari Budiman Sudjatmiko saat menjabat sehingga harus direalisasikan. Pada kesempatannya, penulis mengunjungi konflik lahan di Mesuji, Lampung. Konflik lahan tersebut mengakibatkan banyak petani yang tewas akibat serangan pihak keamanan perusahaan. Sedangkan alotnya proses pengesahan RUU Desa disesalkan penulis karena dapat mengurangi elektabilitasnya di masyarakat.

Satu kisah lagi yang terlewatkan, pada saat di penjara, Budiman berinteraksi dengan Tapol eks PKI, Kolonel Arief. Inti dari percakapan tersebut adalah “biarlah kami yang meneruskan perjuangan bapak, bapak cukup istirahat dan melihat perjuangan kami”

Buku
:
Anak – Anak Revolusi Jilid 2
Penulis
:
Budiman Sudjatmiko
Penerbit
:
PT. Gramedia Pustaka Utama, Gedung Kompas Gramedia Blok I Lt. 5, Jl. Palmerah Barat No. 29-37, Jakarta, 10270.
Cetakan Pertama
:
Tahun 2014



Anda sedang membaca artikel dengan judul "Resensi Buku Anak - Anak Revolusi jilid 2". Anda boleh menyebarluaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel sangat bermanfaat bagi teman-teman anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link menuju artikel ini sebagai apresiasi kepada adanya blog ini. Saya sudah sediakan:
Pengunjung yang baik selalu meninggalkan komentar :)

Artikel Terkait Resensi Buku

11 komentar: